Penyaluran kredit
di Aceh Singkil yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Aceh
Singkil terkendala dengan agunan masyarakat yang bernilai rendah. Dari sejumlah masyarakat yang mengajukan
kredit ke Bank Aceh Cabang Singkil,
kebanyakan agunan yang dimiliki nilainya jauh lebih rendah dari jumlah
kredit yang akan diberikan. Yaitu tidak
mencapai 100 persen atau 125 persen dari total pinjaman. Kendala ini sering menyebabkan keinginan
masyarakat yang ingin mengambil kredit untuk usaha tidak dapat terpenuhi.
Kepala Cabang, Bank
Aceh Cabang Singkil Yusuf M. Djuned mengatakan kepada RRI (30/1), nilai agunan,
khususnya tanah di Aceh Singkil jauh
lebih rendah dari nilai agunan di daerah lain.
Bahkan jika agunan memenuhi syarat, agunan masih sangat sulit untuk
dijual kembali jika terjadi kredit
tak terbayar.
Yusuf
menambahkan dengan kendala-kendala ini Bank Aceh lebih berhati-hati dalam
menyalurkan kredit. Meskipun demikian,
Yusuf mengatakan animo masyarakat terhadap pengajuan kredit di Bank Aceh meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini diperoleh dari tercapainya target yang ditetapkan pusat dalam jumlah
nasabah maupun jumlah kredit. Demikian
juga halnya dengan minat masyarakat untuk menabung, ini juga mengalami peningkatan
tiap tahunnya, baik dalam bentuk tabungan biasa, deposito, maupun giro.
Yusuf menambahkan
jumlah penduduk yang sedikit menyebabkan perkembangan Bank Aceh Cabang Singkil
masih jauh dari perkembangan Bank Aceh Lainnya.
Namun, meskipun dengan jumlah penduduk yang minim, pendapatan pada tahun
2011 cukup memuaskan. Pada 2011 diperoleh dividen sekitar Rp 1,4 milyar. Saat ini pelaksanaan kegiatan Bank Aceh dimodali oleh pemerintah daerah Aceh Singkil. Oleh karena itu seluruh aktivitas ditujukan
untuk menumbuhkembangkan dan meningkatkan perekonomian daerah. Yusuf berharap masyarakat Aceh Singkil juga turut
bersama dalam mendukung misi ini. (Eva Basaria)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar