Singkil - Penangkaran buaya yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Aceh Singkil di desa Ketapang Indah, Kecamatan Singkil Utara sempat menjadi keluhan warga setempat. Karena lokasi yang tepatnya di belakang Gelanggang Olah Raga (GOR) daerah tersebut
sering mengalami banji. Sehingga
dikhawatirkan, kondisi pembangunan pagar yang berlubang cukup lebar memungkinkan
anak-anak biaya keluar dan berkeliaran di sekitar parit belakang rumah
masyarakat. Dan bahkan bisa
berkembangbiak di luar wilayah penangkaran.
Menanggapi keluhan warga, Sutikno Kepala Balai
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah Dua Aceh Singkil saat dikonfirmasi
RRI, Selasa, 16 Februari 2016, mengatakan berdasarkan survey beberapa waktu lalu,
sampai saat ia belum bisa menerima lokasi tangkaran buaya tersebut. Karena lubang pagar yang dibagun masih sangat terlalu
besar. Ia juga memperkirakan untuk anak buaya masih
sangat mudah untuk keluar. Dikatakannya ia akan
menerima tangkaran tersebut apa bila sudah ada perbaikan dari pihak yang
bersangkutan.
“Kategori nya memang sudah selesai tapi
belum tepat untuk dibuat penangkaran buaya karena lubang pagarnya masih
besar. Jadi jika buaya berkembang dan
bertelur, maka anak-anak buaya bisa keluar dari lubang-lubang besar tadi,” kata
Sutikno.
Dikatakan Sutikno, setelah dilakukan
pembenahan dengan memperkecil lubang pagar di lokasi penangkaran, pihaknya juga akan
melakukan survey kembali apakah lokasi tersebut sudah layak untuk dimasukan
hewan ganas tersebut. Karena untuk melakukan ternak buaya bukan hal yang mudah, san
apabila tidak ditangani dengan benar akan membahayakan keselamatan warga sekitar.
Lebih lanjut dikatakan Sutikno tangkaran ini diusulkan
pembuatannya berdasarkan populasi buaya yang
sudah mulai banyak ditemukan di perairan Aceh Singkil.
Bahkan
sudah menelan korban jiwa yang sedang mencari nafkah yaitu lokan/kerang. Karena takut diserang buaya, maka warga menjadi dendam dan terus
melakukan perburuan buaya. (Aryani/EBS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar