Rabu, 17 Februari 2016

Akibat Stok Ikan Melimpah, Pedagang Ikan Rugi Hingga Jutaan Rupiah

Singkil - Sejumlah pedagang ikan di pasar Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh mengaku menderita kegiatan akibat harga ikan anjlok dalam dua hari terkahir.  Pasalnya para pedagang terlanjur membeli ikan dalam jumlah skala besar saat harga ikan tinggi pada musim badai sepekan yang lalu.  Namun setelah kondisi cuaca membaik dan hasil tangkap ikan juga semakin meningkat, pedagang ikan terpaksa menjual dagangan mereka jauh lebih murah dari harga modal.

Seorang pedagang  pasar Kecamatan Singkil Utara Putra  kepada RRI, Rabu (17 Februari 2016) mengatakan, kerugian yang dialami oleh para pedagang, rata- rata mencapai Rp 15.000 perkilogram.  Namun ia tak punya pilihan lain, karena khawatir ikan dagangannya busuk jika tidak segera dijual.

“Modal kita tinggi harga jual kita rendah, kerugian kita sampai jutaan.  Misalnya gembolo kita ambil tiga puluh ribu kita jual dua puluh lima ribu,” kata Putra.

Dikatakan Putra, anjloknya harga ikan sejak dua hari terahir menyebabkan pedagang di Kabupaten Aceh Singkil mengalami kerugiaan hingga jutaan rupiah.  Bukan saja di Kecamatan Sinkil Utara, tetapi kondisi serupa juga terjadi di beberapa pasar  doi Kecamatan lainnya. (Defri Suriana/EBS)





Tidak ada Saluran Irigasi, Kondisi Pertanian di Pertabas Kurang Bagus

Singkil - Banyaknya lahan pertanian di Aceh Singkil, membuat pemerintah harus lebih memperhatikan dan memantau ke lokasi lapangan.  Dengan banyaknya lokasi lahan pertanian tersebut banyak juga kendala dan kekuragan yang dihadapi petani khusunya petani padi. Karena sampai saat ini masih ada petani yang belum memiliki sarana dan prasarana pertanian, sehingga menyebabkan hasil produksi menurun.

Kepala Desa Pertabas, sekaligus Ketua Kelompok Tani di Desa Pertabas, Buala kepada RRI, Rabu (17 Februari 2016) mengatakan sampai saat ini hasil produksi tanaman padi di desanya masih kurang bagus.  Hal disebabkan karena belum ada saluran irigasi sehingga untuk melakukan pengaturan air yang masuk ke sawah tidak bisa dilakukan.  Bahkan untuk tahun ini mereka terlambat jauh melakukan penanaman dari kelompok tani lainnya yang usia tanaman padinya sudah mencapai satu bulan lebih.

“Sekarang mereka lagi membersihkan, mulai besok baru menanam.  Karena kemarin petani merayakan tahun baru.  Tanaman kurang bagus karena saluran air tidak ada.  ,” kata Buala.

Lebih lanjut dikatakan Buala pihaknya sudah pernah mengajukan untuk pembuatan saluran irigasi ke Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Aceh Singkil, namun belum bisa direalisasikan.  Dan kemungkinan akan dilakukan pembuatan tahun 2016 ini.

Sementara untuk tanaman jagung sangat cocok dan mendapatkan hasil yang cukup lumayan per Hektar mencapai 4 sampai 4,5 ton. Untuk tahun ini luas lahan tanaman jagung yang sudah ditaman yaitu 6 Ha.  Diharapkan Buala kedepan kebutuhan salauran irigasi di lahan pertanian mereka segera di terpenuhi dalam upaya meningkatakan hasil produksi pertanian khususnya padi.  (Aryani/Ebs)

Cegah Kematian Ibu dan Anak, Bidan Desa Diwajibkan Tinggal di desa

Singkil - Puskesmas Kecamatan Pulau Banyak Bharat mulai melakukan pembenahan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak.  Khususnya dalam menekan angka kematian ibu melahirkan dan bayi.   Salah satu upaya untuk mencegah kematian ibu melahirkan dan bayi yaitu menekankan disiplin bidan dengan mewajibkan bidan desa untuk tinggal di desa wilayah tugasnya.  Hal ini sangat penting mengingat Pulau Banyak Bharat yang merupakan daerah kepulauan yang terpencil dan terluar dari Ibukota Aceh Singkil.

Kepala Puskesmas Pulau Banyak Bharat, Risman Zega, kepada RRI, Rabu (17 Februari 2016)  mengatakan penekanan yang dilakukan yaitu dengan mewajibkan empat bidan desa tinggal di desa dan tidak diperkenankan bepergian.  Dan jikalaupun harus keluar desa, Bidan digantikan dengan Bidan Puskesmas.  Dengan kebijakan ini diharapan di tahun 2016  tidak akan ada lagi permasalahan kematian ibu melahirkan dan bayi.

“Yang sangat kita tekankan itu setiap bidan yang ada di desanya wajib tinggal di desanya dan tidak dibenarkan bepergian.  Kita ada empat bidan desa ditambah bidan Puskesmas.  Ketika bidan desa ikut pelatihan di kabupaten, kita isi dengan bidan Puskesmas,” kata Rizman Zega.

Ditegaskan Rizman Zega, untuk para bidan yang tidak mengikuti aturan akan diberikan teguran, dan disampaikan ke Dinas Kesehatan.  Bahkan juga akan dilakukan penundaan pembayaran gaji, dan jika sudah melampaui batas, maka akan diberhentikan masa tugasnya sebagai bidan desa.

“Kita akan tindaklanjuti, kita berikan teguran, dan bahkan kita teruskan informasi ke dinas.  Kalau bisa juga sampai ke gajinya ditunda pembayarannya.  Kalau sudah keterlaluan kita hentikan saja masa tugasnya,” kata Risman Zega.

Risman Zega menambahkan kewajiban untuk tinggal di desa paling ditekankan di waktu-waktu perkiraan melahirkan untuk ibu hamil.  Sehingga ketika waktunya bersalin, ada  Bidan desa yang akan menolong.  Berdasarkan pengalaman tahun lalu, dengan kebijakan ini sangat efektif mecegah angka kematian ibu dan bayi.  Karena pada tahun lalu tidak ada kematian ibu dan bayi melahirkan di Kecamatan Pulau Banyak Bharat.

Selain penekanan disiplin bidan, Puskesmas juga tetap menjalankan program kerjasama antara bidan dan dukun beranak.  Peran dukun beranak untuk mendampingi bidan dalam menolong penanganan ibu bersalin. (Eva Basaria Situmorang/ EBS)


KUA di Minta Untuk Lebih Cermat Menyikapi Terkait Isu Pernikahan Sejenis

Singkil - Menyikapi adanya isu yang mencuat saat ini tentang pernikahan sejenis di negara Republik  Indonesia, Kementerian Agama Kabupaten Aceh Singkil juga diiharapkan mengantispasi hal – hal tersebut khususnya  di ruang lingkup  Kementrian Agama sendiri.  Karena perbuatan tentang pernikahan sejenis ini sangat dilarang keras dalam agama.

Kepala Kementerian Agama kabupaten Aceh Singkil Salihin Mizal S.Ag kepada RRI, Rabu (17 Februari 2016) menjelaskan  walaupun pernikahan sejenis ini belum ada  terjadi di Aceh Singkil namun wajib untuk diantisipasi. Selanjutnya Kementrian Agama Aceh Singkil akan memberikan pencerahan kepada seluruh Kepala Urusan Agama. Dan meminta untuk lebih teliti serta lebih  cermat dalam memeriksa berkas calon dari pada mempelai yang ingin melakukan atau melangkah ke jenjang pernikahan.  Baik yang menikah di dalam kota maupun ke luar kota.

“Sekarang itu langkah-langkah yang kita lakukan dengan memberi pencerahan kepada KUA kita.  Mereka kita sarankan untuk berhati-hati, lebih cermat, lebih teliti memeriksa F1, F2, dan seterusnya.  Kalau ada yang menikah di luar yang ada direkomendasi juga harus diteliti,” kata Salihin Mizal.


Salihin Mizal menambahkan mengenai  isu  pernikahan sejenis ini bisa saja terjadi dimanapun. Oleh karena itu diminta kepada seluruh masyarakat dan  Pemerintah Aceh Singkil pada khususnya agar bersama untuk mengantisipasinya.  Dan lebih cermat dalam menyikapi peristiwa yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.  Serta menolak keras tentang pernikahan sejenis  tersebut.  Karena  sangat melanggar norma – norma dalam suatu agama apapun itu yang ada di Negara kesatuan Republik Indonesia.  (Salihin Barus/ EBS)

Selasa, 16 Februari 2016

Kepala BPPKP Aceh Singkil Himbau Kepala Desa Untuk Dukung Program KRPL

Singkil - Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) Aceh Singkil, Syukriwadi, SP, menghimbau Kepala Desa untuk mendukung program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang selama ini dilakukan oleh BPPKP Aceh Singkil. 

Dukungan Kepala Desa sangat diharapkan mengingat anggaran dana untuk pelaksanaan Program KRPL melalui BPPKP sangat terbatas hanya untuk 10 kelompok atau 10 desa dengan anggaran Rp 15 juta per desa setiap tahunnya. Padahal Program KRPL - penanaman tanaman pangan dan sayur-sayuran, dinilai sangat berpotensi untuk menciptakan ketahanan pangan dan meningkatkan perekonomian keluarga. Serta menciptakan konsumsi keluarga yang beragam, bergizi, berimbang, dan aman.

Syukriwadi, SP kepada RRI, Senin, 15 Februari 2016 mengatakan.  Untuk Aceh Singkil saat ini masih Camat Gunung Meriah yang mendukung pengembangan program KRPL di satu desa, karena Camat secara langsung meminta masyarakat mengajukan proposal untuk dimasukkan dalam anggaran.  Bahkan telah mengeluarkan dana untuk KRPL.  Karena itu, untuk Kepala Desa lainnya diharapkan  dapat menganggarkan sekitar Rp 20 juta untuk mendukung KRPL.

“Itu Ajukan saja di Dana Desa, begitu kata Camat Gunung Meriah.  Pada saat penarikan mereka langsung membeli jaring untuk KRPL. Karena itu sisihkanlah dana sekitar 20 juta, karena dana desa itu bisa untuk KRPL,” kata Syukriwadi.

Dikatakan Syukriwadi, program KRPL selama ini mendapat minat yang cukup tinggi dari kelompok tani wanita, yang rata-rata dari Ibu Rumah Tangga.  Karena penanaman tanaman pangan dilakukan di halaman rumah tempat tinggal, sehingga mudah untuk dikerjakan.  Selain itu dengan adanya program KRPL para ibu rumah tangga dapat menghemat pengeluaran untuk belanja rumah tangga.  Bahkan ada yang dapat menambah penghasilan dengan menjual hasil tanaman yang dimiliki.

Syukriwadi menegaskan apabila KRPL dilaksanakan di seluruh desa, maka akan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan menciptakan masyarakat yang sehat.  Yang secara otomatis juga akan meningkatkan perekonomian desa. (Eva Basaria/EBS)


Polres Aceh Singkil Gagalkan Penyeludupan 20 Ton Kayu Ilegal

Singkil – Satuan Reserse dan Kriminal (Resrim) Kepolisian Resort Aceh Singkil mengagalkan upaya penyeludupan 20 ton kayu Illegal Jenis Damar laut di Pos UPTD Kawasan Kecamatan Penanggalan Subulusalam.   Yang letaknya tidak jauh dari Perbatasan Subulussalam Aceh dengan wilayah Sumatra Utara.

Kepala Kepolisian Resor Aceh Singkil AKBP M.Ridwan, SIK melalui  Kepala Satuan Reskrim AKP. Marzuki mengatakan pengintaian dilakukan setelah adanya laporan dari masyarakat setempat.  Diinformasikan bahwa selama ini aktifitas angkutan kayu dari Aceh menuju Sumatera tanpa kelengkapan dokumen dan izin kerap terjadi.  Karena itu, saat Patroli dilakukan Polisi langsung menangkap  truk angkutan yang berisikan kayu ilegal sebanyak 20 ton.

“Karena adanya laporan masyarakat ada sering ada kegiatan tentang pengiriman kayu  ke  wilayah Sumatera Utara,” kata AKP Marzuki.

Dikatakan Marzuki, saat penangkapan  diketahui Kayu tersebut berasal dari salah satu Kecamatan di Kota Subulussalam, Provinsi  Aceh.   Barang bukti  kayu beserta supir truk berinisial BK dan kernetnya berisial AM warga Berastagi, Sumatera Utara, serta pemilik kayu bernisial ME langsung diamankan Ke Markas Polres Aceh Singkil guna dilakukan pemeriksaan.   Selain itu ada beberapa orang lagi yang akan diamankan untuk pengembangan proses penyelidikan.

Terkait dengan kasus penyeludupan kayu tanpa izin ini akan dijerat dengan Undang-Undang Khusus tentang Pengerusakan Hutan Tanpa Izin, dengan jerat hukum 15 tahun kurungan penjara. (Defri Suriana/ EBS)


BKSDA Belum Sepakati Tempat Penangkaran Buaya di Aceh Singkil

Singkil - Penangkaran buaya yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Aceh Singkil di desa Ketapang Indah, Kecamatan Singkil Utara sempat menjadi keluhan warga setempat.  Karena lokasi yang tepatnya di belakang Gelanggang Olah Raga (GOR) daerah tersebut sering mengalami banji.  Sehingga dikhawatirkan, kondisi pembangunan pagar yang berlubang cukup lebar memungkinkan anak-anak biaya keluar dan berkeliaran di sekitar parit belakang rumah masyarakat.   Dan bahkan bisa berkembangbiak di luar wilayah penangkaran.

Menanggapi keluhan warga, Sutikno Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah Dua Aceh Singkil saat dikonfirmasi RRI, Selasa, 16 Februari 2016, mengatakan berdasarkan survey beberapa waktu lalu, sampai saat ia belum bisa menerima lokasi tangkaran buaya tersebut.  Karena lubang pagar yang dibagun masih sangat terlalu besar.  Ia juga memperkirakan untuk anak buaya masih sangat mudah untuk keluar.  Dikatakannya ia akan menerima tangkaran tersebut apa bila sudah ada perbaikan dari pihak yang bersangkutan.

“Kategori nya memang sudah selesai tapi belum tepat untuk dibuat penangkaran buaya karena lubang pagarnya masih besar.  Jadi jika buaya berkembang dan bertelur, maka anak-anak buaya bisa keluar dari lubang-lubang besar tadi,” kata Sutikno.

Dikatakan Sutikno, setelah dilakukan pembenahan dengan memperkecil lubang pagar di lokasi penangkaran, pihaknya juga akan melakukan survey kembali apakah lokasi tersebut sudah layak untuk dimasukan hewan ganas tersebut. Karena untuk melakukan ternak buaya bukan hal yang mudah, san apabila tidak ditangani dengan benar akan membahayakan keselamatan warga sekitar.


Lebih lanjut dikatakan Sutikno tangkaran ini diusulkan pembuatannya berdasarkan populasi buaya yang sudah mulai banyak ditemukan di perairan Aceh Singkil.  Bahkan sudah menelan korban jiwa yang sedang mencari nafkah yaitu lokan/kerang.  Karena takut diserang buaya, maka warga menjadi dendam dan terus melakukan perburuan buaya. (Aryani/EBS)

Senin, 15 Februari 2016

Mahasiwa Staisar Galang Dana Untuk Korban Banjir Bandang

Singkil - Dengan memiliki rasa solidaritas yang tinggi, Mahasiswa STAISAR melakukan Penggalangan Dana Untuk Korban Musibah Banjir Bandang di Desa Sumber Mukti Kecamatan Singkohor.  Penggalangan dana dilaksanakan di Kecamatan Gunung Meriah.  

Salah satu Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Staisar Idrus Syahputra saat diwawanacari RRI di lokasi penggalangan dana di kecamatan Gunung Meriah, Minggu (14/02/2014) mengatakan, penggalangan dana yang dilakukan adalah bentuk solidaritas mereka terhadap warga yang terkena musibah banjir bandang di Kecamatan Singkohor. 

“Ini sebagai bentuk solidaritas kita, kami merasakan duka yang dirasakan masyarakat Singkohor.  Tujuan nya untuk disalurkan kepada korban banjir bandang di desa Sumber Mukti,” kata Idrus Syahputra.

Idrus mengatakan dana yang terkumpul tidak akan diberikan berupa uang, melainkan akan digantikan dengan makanan siap saji dan kebutuhan lainya.

Diharapkan Idrus meskipun bantuan yang diberikan tidak seberapa, tetapi dapat mengurangi rasa duka dan kekurangan korban.  Karena korban yang  terkena musibah banyak kehilangkan harta benda

Idrus menambahkan penggalangan dana juga dilakukan sebagai bentuk rasa duka atas apa yang telah dirasakan korban.   Penggalangan dana bukan yang pertama kali, tetapi sudah sering dilakukan untuk daerah lain yang terkena musibah.  Sebagai bentuk rasa solidaritas mereka terhadap masayarakat di Indonesia khususnya di Propinsi Aceh.


Untuk korban banjir bandang di Kecamatan Singkohor, penggalangan dana sudah dilakukan sejak Kamis 11 Februari sampai Minggu 14 Februari 2016,.  Bantuan akan disalurkan pada Selasa 16 Februari 2016. (Aryani/ EBS)

Pramuka Singkil Galang Dana Untuk Korban Angin Puting Beliung

Singkil - Gabungan Pramuka Aceh Singkil  melakukakan penggalangan dana untuk disalurkan kepada korban Angin Puting Beliung yang menghantam Desa Haloban Kecamatan Pulau Banyak Barat Kabupaten Aceh Singkil beberapa waktu lalu.  Rasa peduli terhadap warga yang menjadi korban karena akibat angin puting beliung puluhan rumah di desa Haloban diterbangkan angin.  Terjangan angin kencang yang disertai gemuruh dan hujan lebat,  terjadi tepat pukul 12 malam minggu lalu.  Hal ini membuat warga panik, namun tidak ada korban jiwa dalam peritiwa tersebut.

Koordinator penggalangan dana siswa dari SMA 1 Singkil Utara Irvan kepada RRI Senin, (15/02/2016) mengatakan, untuk mengumpulkan dana, mereka sengaja turun langsung  mengutip ke rumah-rumah di dua desa di Kecamatan Singkil Utara.

“Kami disini ingin berpartisipasi membantu mereka karena ada sekitar 16 rumah yang terkena bencana.  Untuk sekarang ini kawasan yang kami kunjungi yaitu di desa Gosong dan Muara Pea,” Kata Irvan.

Irvan menambahkan selain mengutip ke rumah-rumah warga, mereka merencanakan akan ke siswa-sisa di sekolah-sekolah terdekat.  Dijelasknya, Penggalangan ini merupakan bentuk kepedulian dan solidaritas sesama anak bangsa.  Apalagi akibat peristiwa angin kencang itu membuat belasan rumah tangga kehilangan tempat tinggal.

Adapun hasil pengalangan dana yang dihimpun,  akan disumbangkan berupa bantuan logistik.   Dengan harapan kegiatan positif tersebut akan memberi manfaat bagi korban (Defri Suriana/ EBS)


Aceh Singkil Masih Kekurangan Tenaga Penyuluh Pertanian

Singkil - Sampai dengan awal tahun 2016, Kabupaten Aceh Singkil masih kekurangan tenaga Penyuluh Pertanian.  Untuk saat ini Aceh Singkil masih memiliki sekitar 76 orang Penyuluh Pertanian, yang ditempatkan di 116 desa.  Jumlah ini tidak mencukupi apabila mengikuti Peraturan Menteri Pertanian, yang mengharuskan jumlah penyuluh pertanian sama dengan jumlah desa yang ada.

Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) Aceh Singkil, Syukriwadi, SP kepada RRI, Senin (15/02/2015), mengatakan sesuai Peraturan Menteri Pertanian, seharusnya 1 tenaga penyuluh mendampingi 1 wilayah binaan (Wabin), sehingga terbentuk satuan wilayah binaan.  Sementara di Aceh Singkil ada satu penyuluh  yang  membawahi 3 desa.  

“Diharapkan berapa banyak desa begitu juga yang harus kita sediakan.  Di Aceh Singkil seharusnya 116 orang.  Karena dalam pembinaan dari penyuluh satu desa satu penyuluh.  Jadi terbentuklah satuan wilayah binaan,” kata Syukriwadi.

Syukriwadi mengatakan di Aceh Singkil ada satu penyuluh  yang  membawahi 3 desa.   Karena sampai dengan saat ini  jumlah Penyuluh Pertanian masih kurang, yang hanya sekitar 60 orang yang mencakup Pegawai Negeri Sipil dan Tenaga Honor. Dan diperbantukan 16 orang dari Penyuluh Swadaya.

Dikatakan Syukriwadi, jumlah tenaga penyuluh semakin berkurang karena beberapa diantaranya juga diangkat sebagai Pelaksana Tugas Kepala Badan Penyululuh Pertanian di Kecamatan.  Padahal kecukupan Penyuluh Pertanian sangat penting untuk dapat menciptakan ketahanan pangan di Kabupaten Aceh Singkil.  Karena itu, Syukriwadi sangat mengharapkan dukungan Pemerintah Daerah untuk memenuhi kekurangan tenaga Penyuluh di Kabupaten Aceh Singkil. 


“Kita harapkan ada penambahan tenaga penyuluh melalui pembukaan kuota posisi tenaga Penyuluh Pertanian dalam Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Aceh Singkil,” pungkas Syukriwadi. (Eva Basaria Situmorang/EBS)